Tuesday, September 23, 2008

Pemuda Kahfi

Pemuda kahfi, satu kata yang menginspirasi setiap jiwa yang mendengarnya, satu istilah yang memberi ruh perubahan bagi generasi yang menentang penindasan dan keterpaksaan. Sehingga dari satu kata tersebut lahir pernyataan dari salah seorang sahabat Rasulullah saw “Berikan aku satu pemuda, maka akan ku bangun negeri ini”. Itulah gambaran umum seorang pemuda dengan sifat dan karakteristiknya yang unik dan sulit terinterpretasikan hanya dari satu sudut pandang saja. Seorang pemuda mampu memberikan inspirasi dan motivasi baik bagi dirinya maupun komunitas secara umum. Jika kita menilik kembali 63 tahun silam saat Bung Karno memproklamasikan Kemerdekaan RI, tentu itu semua tidak lepas dari dukungan dan sokongan para pemuda saat itu untuk memperjuangkan kmerdekaan RI yang hampir jatuh ke bangsa lain.
Pemuda kahfi sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan, karena dengannya ada tindak-tindak nyata, ada kerja-kerja nyata yang terorgansisir ada perencanaan yang tersusun rapi dan ada strategi penyelesaian masalah yang penuh pertimbangan matang. Pemuda sebagai agen perubahan memiliki azzam yang kuat, tekad yang tak tergoyahkan dan daya analisis yang tajam. Karenanya para pemuda sering dijuluki sebagai motor perubahan dengan ideologi yang mantap dan konsistensi perjuangan yang teguh. Hal tersebut dapat terlihat kala para pemuda yang mengatasnamakan mahasiswa beberapa kali berhasil menumbangkan rezim pemerintahan Orde lama (tahun 1966) dan Orde baru (tahun 1998). Fenomena tersebut terjadi karena pemuda khususnya mahasiswa memiliki apa yang disebut dengan “political power” dan “political control”. Pemuda layak menyandang sebutan tersebut karena dengan kapasitasnya yang mampu menganalisis setiap kebijakan penguasa yang dirasa tidak adil atau tidak memihak terhadap kepentingan rakyatnya.
Tapi itu dulu…itu terjadi beberapa tahun silam. Saat semangat-semangat para pemuda kahfi berkobar menyatu layaknya kobaran api yang mampu menghentakkan setiap mata yang melihatnya, memberi rasa takut pada setiap penguasa negeri yang zhalim, dan menyeret kekaguman seluruh elemen komunitas yang sejalan dengan tindakan para pemuda. Kini…pemandangan itu tak ada lagi. Majelis-majelis kajian politik dan kebijakan mengalami penurunan peminat, begitu juga saat demonstrasi mahasiswa menyuarakan keadilan, selalu kurang dari target awal yang direncanakan. Kemana? Kemana para pemuda yang dulu menggaungkan kebebasan berargumen, menolak ketidakadilan dan ketimpangan sosial??? Setelah serentetan masalah-masalah sosial dan ekonomi bertandang satu demi satu. Kini rakyat hanya bisa menunggu kapan nasibnya akan berubah lebih baik, rakyat hanya bisa memperjuangkan nasib mereka sendiri tanpa prediksi berhasil tidaknya perjuangan mereka. Karena kaum mudanya lebih memilih menyibukkan diri untuk meraih gelar pendidikan tertinggi. Sebagian mengartikan perjuangan sebagai proses yang panjang yang tidak tahu dimana ujungnya. Sehingga sebagian lagi mengatakan perjuangan yang panjang hanya akan menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang tersisa. Yang hasil dan outputnya tidak jelas kapan, bagaimana, dan siapa yang menerimanya.
Seandainya para pemuda tahu betapa pentingnya peran mereka dalam melakukan agenda besar perubahan bangsa. Tentu mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan selama mereka masih menjadi pemuda. Pemuda kahfi yang organisatif berbasis intelektualitas mendalam, pemuda yang dengan kekuatan ieologinya mampu menjadikan azzam dan tekad yang solid sebagai bahan bakar motor perubahan. Akan tetapi muncul satu pertanyaan relevan akan pernyataan tersebut :
Azzam tak terpatahkan para pemuda, masih adakah???
 

No comments: